Thursday, September 19, 2024
HomeArtikelMistik, Upacarika Budhi Setio, Artikel

Mistik, Upacarika Budhi Setio, Artikel

Belum usai hinggar bingar ketika Bhante Pindola terlihat terbang mengambil mangkuk
cendana sebagai ajang pertunjukkan kesaktian. Sang Bhagawa, menghancurkan mangkuk
cendana itu dan melarang semua siswaNya untuk menunjukkan kesaktian di depan umum.
Beliau menetapkan vinaya baru. Sebabnya tentu jelas, Sang Bhagawa melihat betapa besar dampak buruk dari pertunjukan kesaktian itu kepada mereka yang belum teguh
pemahamannya. Dhamma bukan untuk dipertontonkan, bukan pentas hiburan. Dhamma
adalah permata yang berharga, jalan mulia, upaya sejati untuk merealisasi kebebasan atas
dukkha.

Tapi, sejarah mencatat. Agaknya, keyakinan manusia pada umumnya selalu disulut dengan
hal-hal yang tidak biasa itu. Para Nabi memiliki kesaktiannya sendiri. Kesaktian itu menjadi
semacam pesona yang khas. Ia dapat menjadi magnet yang menyedot pandangan orang ramai. Kita memang akan sering dibuat terpesona, seperti Pangeran Ajathasattu yang melihat Bikkhu Devadatta melayang di udara. Kita mudah merasa takjub bila melihat, seorang mampu berbicara dengan alam lain, atau dari tubuhnya mengeluarkan kejutan listrik, mampu meramal masa depan, menebak apa yang kita pikirkan. Belum lagi, bila orang tersebut mampu berbuat lebih dari apa yang kita bayangkan..merapal mantra menyembuhkan yang sakit, yang lumpuh bisa dibuat berjalan, atau menjamin kekayaan datang secara mendadak, mencapai pangkat kedudukan, menjawab perjodohan, meningkatkan keuntungan usaha dan seterusnya..dan seterusnya. Kita selalu lebih merasa butuh pada kesaktian sebagai mesin penjawab lingkaran keinginan. Kita perlu agar mesin itu terus bekerja untuk kita.

Kesaktian, memang seringkali menjadi pesona yang nanar, kita kadang mencari sesuatu yang tidak terduga, yang melampaui harapan…. Kita ternganga, menyaksikan dimana kesaktian, memberikan fenomena yang mampu menghadirkan harapan kita secara instan. Kita sering mencari pegangan keyakinan baru, ketika keyakinan kita saat ini, seperti tidak mampu menjawab masalah yang ada. Kita cemas, ketika doa atau karma baik kita tidak kunjung berbuah sesuai yang kita mau. Itu sebabnya kita menyukai sesuatu yang ajaib, yang .mukjizat! akhirnya kita mudah berpaling kepada mistik.

Apa yang menarik dari mistik..? Sesuatu yang disebut mistik hanya berjalan dari lingkaran, lobha dosa dan moha. Seseorang yang memiliki kesaktian, dan menjadi daya tarik bagi orang banyak, yang timbul tidak jauh dari lingkaran itu. Orang banyak akan berbondong-bondong membawa sejumlah masalah, yang juga tidak jauh dari lingkaran itu. Tidak ada satupun diantara orang-orang itu yang takjub pada kesaktian seseorang akan berharap dapat mencapai kesucian. Kesucian terbukti tidak dapat ditembus oleh kesaktian. Kesaktian juga tidak dapat merealisasi kesucian. Kesucian batin diperjuangkan, diupayakan sedemikian rupa dengan penuh kesadaran, untuk mengikis kilesa. Pembebasan kilesa inilah sebetulnya pesona yang sebenarnya. Seseorang yang sudah terbebas dari kilesa, entah dengan membawa kesaktian ataupun tidak, Dia sudah bukan melahirkan mistik baru. Karena apa pun yang dia lakukan, hanya kewajaran dalam panna untuk mengikis kilesa. Bukan menjual pesona.

Apa bahayanya, ketika kesaktian dipertontonkan pada khalayak ramai..? Awalnya, pesona yang datang akan mencuri perhatian kita. Dia seperti kembang api besar yang mengusik ketenangan kita. Ketenangan kita terusik dengan munculnya ide-ide baru pemecahan masalah xsecara instan. Bisa juga rasa ingin tahu yang membuncah, dan keinginan-keinginan yang lahir secara liar. Misalkan saja, bila kita mengetahui seseorang mampu meramal masa depan, akan muncul di kepala kita ide untuk menanyakan naik turunnya indeks saham, valuta asing, atau harga komoditi. Kita mungkin membungkus ide itu dengan pembenaran diri, bila kita mendapatkan keuntungan daripadanya, kita akan mendanakan sebagian besar harta tersebut untuk kebajikan. Atau, bila kita mengetahui ada orang yang mampu membaca karma lampau, bisa jadi akan muncul dalam benak kita, untuk menjadi semacam makelar kasus pada orang-orang yang memiliki masalah, kemudian mencari pemecahannya dari sebab karma lampau yang diperbuat. Dan sekali lagi, kita membungkusnya dengan pembenaran, bahwa kita berbuat baik atas kemampuan yang kita tahu itu. Inilah kilesa itu..! Dengan lihai, dia mampu merubah pandangan kita atas pembenaran diri. Secara halus, kita membiarkan dosa, lobha dan moha tidak beranjak dari pikiran kita. Lalu, setelah itu berkembang, kita akan mengukuhkan keyakinan kita pada apa yang telah kita perbuat, bahwa pemikiran-pemikiran itu benar dan harus teguh kita upayakan.. Kita memasukkannya dalam iman, kita membangun dinding ego.. Dan tanpa sadar, kita berlanjut, melahirkan mistik-mistik baru.,..tidak ada putusnya.

Karena itu, sungguh wajar dipahami, saat Sang Bhagawa melarang seluruh siswaNya
mempertontonkan kesaktiannya di hadapan umum. Sang Tercerahkan hanya memakai
kemampuan adibiasaNya, dengan tujuan menuntun mahkluk mengikis kilesa. Seperti dokter ahli yang mampu memberikan obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit. Apa yang dialami ratu Khemawati, yang mengerti pandangan anicca dari perubahan wujud perempuan bentukkan Sang Buddha, atau Angulimala yang takluk setelah tidak mampu menjangkau beliau, Pangeran Nanda yang diajak keliling surga, dan melihat kejijikan dari apa yang selama ini dipandang indah.. . dan seterusnya….Dalam sutta, kita membaca, tidak ada satupun dari upaya Sang Buddha dalam menggunakan kekuatan adhibiasa pada seseorang untuk mendorong munculnya panna untuk merealisasi kesucian berbuah kegagalan, Tidak ada satupun !. .. Itulah letak perbedaannya !

Namun, tidak bisa kita pungkiri, beginilah yang terjadi di sekitar kita. Pengikisan kilesa bagi kebanyakan orang tidak pernah tampak menarik dibanding mistik. Pengikisan Kilesa adalah upaya yang penuh perjuangan, namun senyap. Seringkali dia harus berjalan sendiri, meski tidak pernah kesepian. Mistik berbeda, Dia mampu menghadirkan warna, rasa, gejolak, hentakan, decak kagum, rindu dendam dan harapan. Mistik membangun panggung pertunjukkan yang mengundang tepuk tangan dan sorak sorai setiap sebuah tontonan di gelar. Pengikisan kilesa meniadakan hinggar binggar itu. Namun, kita jangan lupa, setiap mistik selalu ada batasan dan umurnya. Dimensinya tidak bisa menampung semua keinginan kita. Arahnya tidak pernah menyelesaikan masalah secara tuntas, sebuah mistik selalu berujung pada kekecewaan… dia berakhir dengan derita. Tidak heran, kita akhirnya menyandu pada samsara, ketika satu mistik berakhir, kita cuma hanya reda sebentar, kemudian kita beranjak untuk mencari mistik-mistik baru.. Dan terus, berakhir lagi dengan derita…

Sang Bhagawa, Yang Tercerahkan Sempurna, dengan jelas menyatakan demikian….
Tidak dengan kesaktian dan mukjizat, keberuntungan dan kebahagiaan dapat diraih,
Tidak dengan kesaktian dan mukjizat, kematian dapat dicegah,
Tidak dengan kesaktian dan mukjizat, roda samsara dapat dihentikan,
Tidak dengan kesaktian dan mukjizat, penderitaan akan berakhir,
Tidak dengan kesaktian dan mukjizat, kesucian dapat diperoleh,
Tidak dengan kesaktian dan mukjizat, pembebasan dapat direalisasi…

Demikian sepatutnya kita meletakkan persepsi yang benar atas mistik..supaya suatu saat nanti, kita tidak perlu lagi bergetar, ketika pertunjukkan mistik baru digelar.. Namun sebaliknya dengan metta karuna, kita berbelas kasih, mengetahui kerumunan banyak yang mencintai mistik, mereka tidak beranjak dari sekitar panggung tontotan itu, mereka terbelenggu dalam ikatan derita dan fatamorgana, mereka hidup seperti menghisap candu

RELATED ARTICLES

Most Popular