Wednesday, September 18, 2024
HomeArtikelDhammapada - Magga Vagga

Dhammapada – Magga Vagga

273.
Maggānaṭṭhaṅgiko seṭṭho, saccānaṃ caturo padā; virāgo seṭṭho dhammānaṃ, dvipadānañca cakkhumā.

Di antara semua jalan, maka "Jalan Mulia Berfaktor Delapan’ adalah yang terbaik, di antara semua kebenaran, maka ‘Empat Kebenaran Mulia’ adalah yang terbaik. Di antara semua keadaan, maka keadaan tanpa nafsu adalah yang terbaik, dan di antara semua makhluk hidup, maka orang yang ‘melihat’ adalah yang terbaik.

274.
Eseva ‚ maggo natthañño, dassanassa visuddhiyā; etañhi tumhe paṭipajjatha, mārassetaṃ pamohanaṃ.

Inilah satu-satunya ‘Jalan’. Tidak ada jalan lain yang dapat membawa pada kemurnian pandangan. Ikutilah jalan ini, yang dapat mengalahkan Mara (penggoda).

275.
Etañhi tumhe paṭipannā, dukkhassantaṃ karissatha; akkhāto vo‚ mayā maggo, aññāya sallakantanaṃ‚.

Dengan mengikuti ‘Jalan’ ini, engkau dapat mengakhiri penderitaan. Dan jalan ini pula yang Kutunjukkan setelah Aku mengetahui bagaimana cara mencabut duri-duri (kekotoran batin).

276.
Tumhehi kiccamātappaṃ, akkhātāro tathāgatā; paṭipannā pamokkhanti, jhāyino mārabandhanā.

Engkau sendirilah yang harus berusaha, para Tathagata hanya menunjukkan ‘Jalan’. Mereka yang tekun bersemadi dan memasuki ‘Jalan’ ini akan terbebas dari belenggu Mara.

277.
“Sabbe saṅkhārā aniccā”ti, yadā paññāya passati; atha nibbindati dukkhe, esa maggo visuddhiyā.

Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal adanya. Apabila dengan kebijaksanaan orang yang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.

278.
“Sabbe saṅkhārā dukkhā”ti, yadā paññāya passati; atha nibbindati dukkhe, esa maggo visuddhiyā.

Segala sesuatu yang berkondisi adalah dukkha. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.

279.
“Sabbe dhammā anattā”ti, yadā paññāya passati; atha nibbindati dukkhe, esa maggo visuddhiyā.

Segala sesuatu yang berkondisi adalah tanpa inti. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.

280.
Uṭṭhānakālamhi anuṭṭhahāno, yuvā balī ālasiyaṃ upeto; saṃsannasaṅkappamano kusīto, paññāya maggaṃ alaso na vindati.

Walaupun seseorang masih muda dan kuat, namun bila ia malas dan tidak mau berjuang semasa harus berjuang, serta berpikiran lamban, maka orang yang malas dan lamban seperti itu tidak akan menemukan Jalan yang mengantarnya pada kebijaksanaan.

281.
Vācānurakkhī manasā susaṃvuto, kāyena ca nākusalaṃ kayirā; ete tayo kammapathe visodhaye, ārādhaye maggamisippaveditaṃ.

Hendaknya ia menjaga ucapan dan mengendalikan pikiran dengan baik serta tidak melakukan perbuatan jahat melalui jasmani. Hendaklah ia memurnikan tiga saluran perbuatan ini, memenangkan ‘Jalan’ yang telah dibabarkan oleh Para Suci.

282.
Yogā ve jāyatī bhūri, ayogā bhūrisaṅkhayo; etaṃ dvedhāpathaṃ ñatvā, bhavāya vibhavāya ca; tathāttānaṃ niveseyya, yathā bhūri pavaḍḍhati.

Sesungguhnya dari meditasi akan timbul kebijaksanaan, tanpa meditasi kebijaksanaan akan pudar. Setelah mengetahui kedua jalan bagi perkembangan dan kemerosotan batin, hendaklah orang melatih diri sehingga kebijaksanaannya berkembang.

283.
Vanaṃ chindatha mā rukkhaṃ, vanato jāyate bhayaṃ; chetvā vanañca vanathañca, nibbanā hotha bhikkhavo.

O, Para bhikkhu, tebanglah hutan nafsu itu, karena dari nafsu timbul ketakutan. Setelah menebang hutan dan belukar nafsu, jadilah orang yang tidak lagi memiliki nafsu.

284.
Yāva hi vanatho na chijjati, aṇumattopi narassa nārisu; paṭibaddhamanova tāva so, vaccho khīrapakova mātari.

Selama nafsu keinginan laki-laki terhadap wanita belum dihancurkan, betapapun kecilnya, maka selama itu pula seseorang masih terikat pada kehidupan, bagaikan seekor anak sapi yang masih menyusu pada induknya.

285.
Ucchinda sinehamattano kumudaṃ sāradikaṃva; santimaggameva brūhaya, nibbānaṃ sugatena desitaṃ.

Patahkanlah rasa cinta terhadap diri sendiri, seperti memetik bunga teratai putih di musim gugur. Kembangkanlah jalan kedamaian Nibbana yang telah diajarkan oleh Sang Sugata (Beliau yang telah berlalu dengan baik, Buddha).

286.
Idha vassaṃ vasissāmi, idha hemantagimhisu; iti bālo vicinteti, antarāyaṃ na bujjhati.

Di sini aku akan berdiam pada musim hujan, di sini aku akan berdiam selama musim gugur dan musim panas. Demikianlah pikiran orang bodoh yang tidak menyadari bahaya (kematian).

287.
Taṃ puttapasusammattaṃ, byāsattamanasaṃ naraṃ; suttaṃ gāmaṃ mahoghova, maccu ādāya gacchati.

Orang yang pikirannya melekat pada anak-anak dan ternak peliharaannya, maka kematian akan menyeret dan menghanyutkannya, seperti banjir besar yang menghanyutkan sebuah desa yang tertidur.

288.
Na santi puttā tāṇāya, na pitā nāpi bandhavā; antakenādhipannassa, natthi ñātīsu tāṇatā.

Anak-anak tidak dapat melindungi, begitu juga ayah maupun sanak saudara. Bagi orang yang sedang menghadapi kematian, maka tidak ada sanak saudara yang dapat melindungi dirinya lagi.

289.
Etamatthavasaṃ ñatvā, paṇḍito sīlasaṃvuto; nibbānagamanaṃ maggaṃ, khippameva visodhaye.

Setelah mengetahui kenyataan ini, Maka orang berbudi dan bijaksana tak akan menunda waktu dalam menempuh jalan menuju Nibbana.

RELATED ARTICLES

Most Popular