Wednesday, September 18, 2024
HomeArtikelBhante Atthadhiro Thera, Keragu-raguan (Vicikiccha)

Bhante Atthadhiro Thera, Keragu-raguan (Vicikiccha)

Keragu-raguan (Vicikiccha) (Narasumber: Bhante Atthadhiro Thera)
Sebulan Pendalaman Dhamma (SPD) ke 21, 09-Mei-2019

“Bangun! Jangan lengah! Tempuhlah kehidupan benar. Barang siapa menempuh kehidupan benar, maka ia akan hidup bahagia di dunia maupun di dunia selanjutnya.”(Dhammapada, XIII Loka Vagga Syair:168)

Syair Dhammapada diatas berarti jangan lengah dikehidupan ini, baik menjadi perumah tangga maupun pertapa (samana) mempunyai tujuan hidup yang sama, yakni: hari ini bahagia, nanti juga berbahagia, namun kenapa kita belum bahagia? Menurut saran Dhammapada, tempuhlah penghidupan yang benar, teliti kembali pola hidup Anda sebab korelasi praktek Dhamma yang baik dan benar akan membuat kita bahagia.

Topik Dhamma memiliki tema yang sama, kesimpulannya adalah praktek, dibutuhkan tekat kuat untuk mengikis keragu-raguan. Kehidupan spritiual dan duniawi jika ada keragu-raguan akan tumbang dan jauh dari target yang diinginkan. Banyak faktor yang menyebabkan keraguan, yaitu ketidakmantapan hati dalam melangkah, meski segala fasilitas disediakan jika ada sedikit keraguan maka jalan penghidupan terhambat saat itu juga.

Tujuan hidup adalah penyemangat, pengharapan dalam hidup juga membantu kita dalam menapaki hidup di dunia. Jika Dhamma mengubah hidup ini menjadi lebih baik maka Dhamma ini berhasil mengalahkan keragu-raguan dan kejenuhan hidup. Maka jelaslah tujuan hidup ini adalah mengatasi segala keraguan yang timbul.

Ada 5 jenis keragu-raguan, yakni: 1) keragu-raguan terhadap Buddhānussati, 2) keragu-raguan terhadap Dhammānussati, 3) keragu-raguan terhadap Saṅghānussati, 4) keragu-raguan terhadap latihan (seperti berdana dan menjalankan sila), 5) keragu-raguan terhadap adanya orang baik.

Keraguan terhadap Buddha dan praktik sila. Jika kita belum memahami Buddha maka kita belum memahami sang penunjuk jalan. Jika kita memeluk agama Buddha kita harus memahami topik Dhamma. Hayati ajaran ini, Dhamma yang membawa kebahagiaan, berani bertanya kepada Saṅghā. Saṅghā adalah siswa yang sempurna. Tiga hal ini adalah keyakinan penuh. Buddha bisa diibaratkan sebagai dokter, Dhamma diibaratkan sebagai obat, dan Sangha adalah orang yang tersembuhkan.

Jika mengurangi keburukan dan menambah kebajikan tidak sungguh-sungguh, maka praktek ini belum terserap dalam pengertian. Masih banyak orang baik, meski ada kekurangan disana-sini. Ia akan berusaha merawat dirinya sendiri seperti menghitung kekurangan diri sendiri, hal ini bisa meningkatkan keyakinan dalam batin.
Keragu-raguan muncul ketika kenyataan jauh dari harapan, jika dibawah harapan kita akan kecewa. Praktek Dhamma jika dilakukan dengan ragu, hasilnya jauh dari maksimal. Jika hanya berharap hasil dan tidak menghargai proses, maka keragu-raguan akan membuat batin tertekan.

Pengalaman masa lalu adalah belenggu diibaratkan pelatih gajah memdidik anak gajah, pelatih akan merantai anak gajah sehingga membuat batin gajah menjadi terbelenggu dan menimbulkan pandangan salah. Dalam praktek Dhamma, pengalaman masa lalu juga bisa menjadi penghambat perkembangan batin.

Cara untuk mengatasi keragu-raguan adalah pertama mendengar, belajar dan berdiskusi Dhamma (Suta maya paññā); Kedua tenang dalam penyelidikan atau pemikiran dan merenungkan apa yang telah dilihat atau didengar (Cintā maya paññā); Ketiga kebijaksanaan yang didapat dari melaksanakan vipassana bhavana (Bhāvanā maya paññā).

Jangan ragu-ragu dalam berbuat baik, gunakan waktu untuk mendengar, berdiskusi dan mempraktekan Dhamma hingga tujuan hidup kita jelas. Yakinlah dan hapus keragu-raguan dalam hidup kita.

Semakin melemahnya keraguan terhadap Buddha, Dhamma dan Sangha maka keyakinan kita terhadap Triratna akan semakin kuat!!!

RELATED ARTICLES

Most Popular